Oleh
Eusebius Purwadi
Salah satu fungsi bahasa adalah fungsi logis, di
mana bahasa dipergunakan untuk menalar, menganalisis, menjelaskan, serta
menyelesaikan masalah atau argumen. Jadi, penalaran logis itu pada dasarnya
merupakan fungsi bahasa itu sendiri. Inilah kiranya yang menjadi tugas utama
Logika. Dengan kata lain, Logika dapat diartikan sebagai studi tentang
metode-metode dan prinsip-prinsip yang dipergunakan untuk membedakan penalaran yang
lurus dari penalaran yang tidak lurus.
Meskipun demikian, lurusnya atau validitas suatu
penalaran belum dapat diidentikkan dengan kebenaran. Logika semata-mata hanya
berkaitan dengan kepentingan logis (hubungan konsekuensial) yang ada di antara
kesimpulan dan premis-premisnya.Ada juga definisi Logika yang lain, yaitu
”Logika adalah ilmu pengetahuan dan keterampilan untuk berpikir lurus”.
Jadi, pertama-tama Logika berhubungan dengan
kegiatan berpikir, namun bukan sekadar berpikir sebagaimana merupakan kodrat
rasional manusia sendiri, melainkan berpikir yang lurus. Yang dimaksudkan di
sini adalah bahwa logika membahas jalan pikiran atas dasar patokan ataupun
hukum-hukum pemikiran sehingga dapat menghindarkan kita dari kesalahan dan
sesatan pikir.
Logika disebut ilmu pengetahuan karena merupakan
kumpulan pengetahuan yang tersusun secara sistematik dan berdasarkan
hukum-hukum atau asas-asas yang harus ditaati supaya orang dapat berpikir
dengan tepat, teratur, dan lurus. Cara berpikir semacam ini harus dilatih
setiap saat sehingga kita dapat menjadi terampil.Meskipun demikian, sebuah
penalaran baru dapat disebut valid, jika kesimpulan yang ditarik benar-benar
diturunkan dari premis-premis. Yang dimaksudkan dengan PREMIS adalah data,
bukti, atau dasar pemikiran yang menjamin terbentuknya kesimpulan.
Adapun yang dimaksudkan dengan KESIMPULAN adalah
pernyataan yang dihasilkan sesuai dengan premis-premis yang tersedia dan
berhubungan secara logis dengan pernyataan tersebut. Oleh karenanya, Logika
memusatkan perhatiannya pada bentuk-bentuk penalaran, validitas penalaran,
tanpa memandang apakah premis-premis yang ada sesuai dengan fakta dalam hidup
dan pengalaman sehari hari atau tidak. Logika tidak menyinggung kebenaran yang
terdapat di dalam premis-premis, bahkan tidak juga berhubungan dengan
aktualitas fakta (dalam , arti riil atau fiktif).
Contoh | ||
Premis 1 | : | Mahasiswa UAJY suka berdiskusi |
Premis 2 | : | Berdiskusi adalah sebuah kegiatan ilmiah |
Kesimpulan | : | Jadi, mahasiswa UAJY suka kegiatan ilmiah. |
Penalaran seperti dalam contoh tersebut adalah
benar dan valid sebab premis-premis dan kesimpulannya berhubungan sesuai dengan
aturan yang berlaku (logis). Suatu penalaran disebut benar jika penalaran
tersebut menunjukkan korespondensi antara pernyataan dan faktanya. Yang
dimaksudkan dengan fakta dalam hal ini adalah sesuatu yang secara aktual ada
atau terjadi. Kita membaca teks yang kita hadapi saat ini adalah sebuah fakta
konkret.
Contoh | ||
Premis 1 | : | Ayam suka bernyanyi |
Premis 2 | : | Bernyanyi itu menghibur hati. |
Kesimpulan | : | Jadi, ayam suka menghibur hati.. |
Pada contoh di atas, penalarannya valid, tetapi
kesimpulannya salah. Penalaran tersebut valid sebab kesimpulannya diturunkan
dari premis yang tersedia. Namun, kesimpulannya salah sebab baik premis maupun
kesimpulannya tidak sesuai dengan faktanya. Dengan kata lain, jelas bahwa
kekeliruan pemikiran tersebut terletak pada tidak adanya korespondensi antara
pernyataan dan faktanya.
Contoh | ||
Premis 1 | : | Semua anjing mempunyai ekor. |
Premis 2 | : | Semua kucing mempunyai ekor. |
Kesimpulan | : | Jadi, anjing dan kucing itu tidak ada bedanya… |
Pada contoh yang terakhir ini antara premis dan
kesimpulannya tidak ada hubungan konsekuensial. Kesimpulan yang terbentuk hanya
menyinggung tentang fakta yang lain, yaitu tentang perbedaan antara dua hal.
Dengan kata lain lain, premis-premis tidak menentukan kesimpulan. Menurut
faktanya, di antara anjing dan kucing terdapat satu ciri khas yang berlaku
umum, yaitu mempunyai ekor. Meskipun demikian, kita juga tidak dapat langsung
berkesimpulan bahwa semua anjing identik dengan kucing (karena sama-sama
mempunyai ekor). Walaupun faktanya kedua jenis hewan tersebut masing-masing
memiliki ciri khas, namun hal itu tidak dapat berlaku umum bagi keduanya.
Contoh | ||
Pedro mencintai Yuana. | ||
Semua kucing mempunyai ekor. | ||
Oleh karenanya, Yuana mencintai Pedro…. |
Dari contoh-contoh di atas, dapat kita simpulkan
bahwa Logika itu terutama berhubungan dengan validitas atau lurusnya penalaran.
Namun, selama sasaran logika adalah pembuktian kebenaran, baik dari segi bentuk
(validitas) maupun materinya (kebenaran), maka sebuah argumen atau penalaran
baru disebut logis jika argumen atau penalaran itu valid dan sekaligus benar,
tidak dapat hanya valid saja.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar