Sabtu, 27 Januari 2018

Para Pria Gila Ini Sudah Hidup Di Surga (Ceita Bo Sanchez)


Beberapa bulan yang lalu, Tuhan menyegarkan saya. 

Saya diundang untuk memberikan retret kepada sekelompok imam misionaris di Mindanao. Percayalah, orang-orang ini sungguh adalah Indiana Jones. Namun mereka tidak mencari harta duniawi. Mereka akan pergi ke tempat terjauh, pelosok yang paling berbahaya di bumi untuk menemukan harta karun berharga lainnya yaitu: Orang-orang yang dilupakan yang membutuhkan cinta mereka.

Orang-orang kasar ini tinggal di bagian dari negara yang paling berbahaya. Empat imam saudara mereka telah dibunuh, beberapa disiksa. Jangankan menjadi takut, mereka menjadi lebih berani lagi untuk melayani Tuhan.

Beberapa dari mereka menerima ancaman kematian secara rutin. Dan melarikan diri dari upaya penculikan sudah menjadi jalan hidup mereka.

Saya bertemu para imam yang melayani di Jolo yang dilanda perang. Salah satu dari mereka sudah bekerja di sana selama 13 tahun. Dia sudah berusia 74 tahun, namun saya masih melihat gairah menyala di matanya. "Aku bisa mati di Jolo," katanya kepada saya.

Saya bertemu para imam yang tinggal di gugusan pulau-pulau kecil di Tawi Tawi. Salah satu dari mereka telah melayani Tuhan di tempat itu selama 22 tahun, hidup bersama penduduk asli di sana - Tausog dan Samal (gipsi laut). Setiap hari, para imam ini akan naik perahu untuk mengunjungi beberapa umat Katolik sangat miskin di masing-masing pulau-pulau ini. 

Saya juga bertemu para imam yang tinggal di pegunungan, melayani suku-suku Manobo. 

Saya bertemu para imam yang bekerja di daerah kumuh di kota. Seorang imam mengatakan kepada saya bahwa ia mengunjungi orang sakit di daerah liar saat tiba-tiba, ia merasakan logam dingin dari mulut pistol kaliber 45 menunjuk belakang kepalanya.

"Klik!" Dia mendengar pria tersebut menarik pelatuk. Akan Tetapi dengan mukjizat Tuhan, senjata tersebut macet. Dan hari itu, ia hidup untuk menceritakan kisah ini kepada saya.

Di pagi hari, saya melihat para imam ini berdoa di kapel. Saya mengamati bagaimana para imam ini suka berdoa. Mereka berdoa dengan hati. Saya rasa ketika hidup Anda berada dalam bahaya yang konstan, Anda tidak punya pilihan selain membangun kehidupan doa yang mendalam. 

Dan saya melihat bagaimana rendah hatinya mereka. Sangat rendah hati. Mari saya jelaskan mengapa saya mengetahuinya. Adalah sahabat sesama pengkotbah dan Feast builder Sta. Rosa dan Binan, Jon Escoto, yang memberi keseluruhan retret. 

Saya hanya memberikan satu sesi dalam program ini. Jadi sebelum pergi ke sana, saya bertanya Jon, "Topik yang kamu ingin saya berikan?" Jon mengatakan, "Berikan kotbah tentang Tiada Ketakutan."

Jadi ketika saya tiba di rumah retret, tanpa tahu tentang cerita yang saya bagikan di atas, saya berkhotbah kepada mereka tentang "keluar dari zona kenyamanan Anda dan pergi ke zona keberanian Anda". Lalu, saya menyadari betapa konyolnya kotbah saya bagi mereka. Karena disinilah saya berada, tinggal dalam kenyamanan Manila - saat mereka berada di luar sana di daerah yang dilanda perang, tinggal di zona keberanian mereka 24 jam sehari.

Namun para imam ini - dengan pengalaman dan bekas luka akibat perang - mendengarkan saya layaknya saya adalah salah satu yang berani. Beberapa dari mereka berumur enam puluhan dan tujuh puluhan tahun (yang tertua di antara mereka adalah 80 tahun). Walaupun demikian mereka duduk di depan saya seperti anak kecil, menyerap setiap perkataan saya.

Mereka adalah orang-orang bahagia.
Mengapa? Karena hati mereka dipenuhi cinta.
Saya percaya surga mereka dimulai sekarang.

Itu sebabnya mengapa saya suka memberikan pesan saya hari ini: Karena bagi para imam misionaris ini, Upah Duniawi tidaklah cukup untuk memotivasi mereka melakukan apa yang mereka lakukan sekarang. Itu hanya bisa dimotivasi oleh Upah Surgawi.

Akan tetapi tidak semua jenis Upah Surgawi akan cukup. Misalnya, rumah-rumah surgawi dan jalan-jalan beraspal emas tidak akan memotivasi mereka. Lingkaran cahaya di atas kepala dan sayap malaikat tidak akan memotivasi mereka. Untuk para Indiana Jones modern ini, mereka hanya memiliki satu harta yang besar, satu Upah Surgawi, dan itu adalah Sang Pemberi Upah Sendiri, Yesus Kristus. 

Mereka mencintai Yesus. Dia adalah Upah mereka.

Ayat ini telah menjadi hidup mereka: Saudara-saudara, aku sendiri tidak menganggap, bahwa aku telah menangkapnya, tetapi ini yang kulakukan: aku melupakan apa yang telah di belakangku  dan mengarahkan diri kepada apa yang di hadapanku, dan berlari-lari  kepada tujuan untuk memperoleh hadiah, yaitu panggilan sorgawi dari Allah dalam Kristus Yesus.(Filipi 3: 13-14)

Kini Giliran Anda: Dimana Anda Hidup Saat Ini?

Anda bukanlah seorang imam misionaris di Mindanao.
       
Mungkin Anda seorang agen Call Center di Manila, bekerja keras sehingga Anda dapat mengirim anak-anak Anda ke sekolah.

Atau seorang perawat pada shift malam, bekerja lembur, sehingga Anda dapat membayar tagihan medis ibu Anda.

Atau seorang pengusaha, berusaha keras untuk mencapai kesejahteraan bisnis Anda, sehingga Anda bisa memberikan manfaat ekstra bagi karyawan Anda.

Atau seorang ayah dari dua anak, bermain dengan mereka bahkan ketika Anda lelah, karena Anda ingin memberitahu mereka betapa pentingnya mereka bagi Anda.

Atau seorang ibu dari tiga anak, yang bekerja di kantor pada siang hari dan memasak serta mengajar dan membersihkan pada malam hari, mengorbankan hidup Anda bagi keluarga Anda.

Jika Anda menjalani kehidupan penuh cinta, Anda sekarang tinggal di Surga.

Tetaplah mencintai. Tetaplah melayani. Teruslah memberi.
Karena Yesus adalah Upah terbesar Anda.

Semoga impian Anda menjadi kenyataan,

Bo Sanchez

Sumber : E-Katolik

Tidak ada komentar: