Minggu, 21 Januari 2018

Pancasilakrama

Pancasila bukan untuk di perdebatkan tapi dilaksanakan bulan berganti tahun, ciptakan Tahun “Istana Laksana” Pancasila untuk sebuah desa inspiratif. ‘Bulan Pancasila’ berlalu. Lokal Bali (MBS*) mengangkatnya menjadi ‘Tahun Pancasilakrama” sebagai wahyu pembuka menstanakan tindakan jantung pencapaian besar di masa depan sempurna: ADISTANA INDONESIA (PROGRAM METAFISIK/ STRATEGI EPISTEMIK). 


Skala waktu-12 bulan, siklus Batari Windu (planet bulan: 12-1-3/ Purnama Raya), Wahyu Pembuka: Wit niŋ Śabda, mulanya adalah Ka-Tha (‘penguatan suku kata Tuhan’, teks besar Surat Kajang Masutasoma, druen Grya Bodha Kěliŋ). Tariněn riŋ pañcaśilakrama, undangkan Pancasila hingga menjadi dasar prilaku dunia (Sut. 4.5). Desa mandala ĀDISTHĀNA BODHA KĚLIŊ di tahun “Istana Laksana” Pañcaśilakrama (2017), kita tempatkan sebagai wahyu pembuka Sabda-Riset Padmāmbara (atmosfer langit), artikulasi “Gerakan Revolusi Pengisi Substansi Jiwa Moralitas Negeri”. Tiada hari tanpa perbuatan Pancasila, sebagai bentuk kekuatan sintesis baru yang mengatasi (Visi Hulu Prarai/ Philosophia Perennis)Sumbangan termegah Bali untuk adicita adistana Indonesia Puncak. Millenary, kita mulai dari penala musik negeri... 
1. Musik penguatan jiwa pusat moral (vital: berkenaan dengan ‘keyakinan dasar integral’) 
2. Kenapa dunia moral merosot? (kasus: Indonesia genting ‘hipersensitif keagamaan’) 
3. Apakah tugas musik tidak berfungsi? (ŋlaŋut: hanyut dalam kelangenan ‘tak sadar diri’) 

Tugas musik yang paling eksak adalah mensuperposisi gelombang atmosfer yang tercemar juga disebabkan oleh krisis pemikiran (Teori Osilasi Fibrasi Mekanika Gelom- bang). Dunia sedang dilanda krisis besar penjelmaan dari ideologis ekstrim ekslusivisme keagamaan (Prof. Mu'arif: ‘Teologi Maut’). Krisis total pemikiran, keyakinan, mental, moral, jiwa. Jiwa adalah pusat TATTWA "kesejatian", yang membuat sesuatu ada, haki- kat, jadinya, nyatanya. Tattwa tuŋgal taya (Philosophia Perennis/ Filsafat Abadi) ditu- runkan menjadi STRATEGI EPISTEMIK, kodifikasi pergeseran postulat kebudayaan politik Nusantara. Refilosofi Kebudayaan, AbhyudaYA SarwaJNAmurti, YAJNA besar. Inilah ha- kikat tindakan pemujaan, perjuangan, pengorbanan, atau tapa di zaman peralihan siklus puncak Nusantara Timur Raya (Harimurti: Visi Wahyuwi Granoka, tentang Bali, Indonesia- Nusantara, DIMULAI DENGAN KESADARAN ONLY BALI 1st! : 2017). Bali bukan saja untuk pariwisata tetapi diharapkan menginspirasi semua elemen bangsa (Kemenpar: 2016).

(stha) dr slrh per-KaTha-an. MeN-sthana-kan selaksa laksana. Itulah: i-sthana/ 'istana' laksana (Pancasilakrama). Penuturan ring sabdaNya oleh Pak Granoka Maha Bajra Sandhi

Atas Gerak Selaksa Laksana Angin Bayu dan Air Banyu di Pusaran Pusat Episentrum TERATAI PADMANABA WIRANAGARI TELAGA CANDI DASA, KARANGASEMADHI, ASRAM GANDHI Pak Harimurti.

Pada Laku Lampah Melaku Malaku M~elangku MElangkah Menuju Panggilan Tugas Utusan Hidup, berkedudukan fungsi tugas selaksa laksana Jagad Tri Bawana Langgeng, dari Alam Cahyo DiEngsunNya Gerak, Alam Cahyo DiEngsunNya Hidup dan Alam Cahyo DiEngsunNya Rahsa SejatiNya GUNTURNya Waktu, SUNDA WEWARAH, Cahaya Agung Abadi Sang Mataharinya Matahari, Sang Hyang SURYAKRAMA, Sang Hyang SURYAHINGGIL, Sang Hyang SURGAAGUNG.

Dari Perjalanan Pengalaman Indraloka, Guruloka, Janaloka Pak Guntur Bisowarno Bisowarno Jawatimur  2015 Bersama Pak Harimurti, Asram Gandhi Candi Dasa, Pasca 70 Tahun Indonesia Merdeka Mahardhika Tak Dualitas, Museum Landrad Bandung Raya 17 08 2015, dan Sumur Bandung 15 08 2015 Gedung PLN PUSAT BANDUNG.

Karangasemadhikrama Candhi Dasa Pak Harimurti, dari SARASWATI MENUJU SARASWATIKRAMA, dalam Mahasaraswatikrama, bagi Candhidasa desaDIGmandala desa kota pulo negeri semesta raya.

Tidak ada komentar: